DAKWAH
PADA MASA DAULAT USMANIYAH
I.
PENDAHULUAN
Keruntuhan
dahsyat yang diderita dunia Islam, baik di timur (Bagdhad) maupun di barat
(Andalusia) tidaklah mengurangi semangat juang kaum Muslim untuk bangkit
kembali. Semua peristiwa jatuhnya dunia Islam tersebut dikarenakan serbuan
Salibiyah dari barat oleh kaum Kristen Europa dan dari timur oleh bangsa
Tatar-Mongol. Dan kemudian pengusiran total kaum Muslimin dari seluruh wilayah
Europa Barat ialah Spanyol (Andalus).
Pemerintah Abbasiyah yang memegang kuasa
atas dunia Islam selama kurang lebih 5 abad lamanya, mengahadapi kehancurannya
di bawah injakan kaki tentara Tartar yang berkuasa dengan sangat kejam. Kota bagdhad
menjadi timbunan mayat kaum Muslimin, mulai dari pahlawan sampai rakyat biasa. Sedangkan
masjid-masjidnya yang indah dan gedung-gedungnya yang megah hangus habis
menjadi abu, karena pembakaran umum. Justru di masa-masa yang sangat
menyedihkan itu, suatu kabilah Turki yang gagah berani di bawah pimpinan Sultan
Sulaiman Syah telah menunjukkan kebolehannya menahan banjir besarnya tentara
Tatar yang sedang menyerbu daerah-daerah Islam.
Barulah sekitar seperempat abad
(25 tahun) sesudah jatuhnya kota Bagdhad, pada tahun 680 H, muncullah seorang
yang gagah berani Sultan Utsman yang mampu menundukkan segala musuh dan segala
rintangan yang dihadapi pengikutnya. Hingga akhirnya berdirilah suatu kerajaan
baru yang kemuadian dikenal kerajaan Utsmani-Turki.Dimana berdirinya di atas
kerajaan Saljuk peninggalan Sultan Alauddin.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Sejarah
munculnya Daulah Utsmaniyah
B.
Periode
Daulah Utsmaniyah
III.
PEMBAHASAN
A. Sejarah Daulah Utsmaniyah
Daulah
ini berasal dari suatu kabilah yang hidup di Turkistan, di bawah pimpinan
Sulaiman Syah. Kabilah Turki ini berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain
menghindari bangsa Mongol, dan akhirnya mengembara di Asia Kecil.[1] Akan tetapi di
tengah perjalanan, tepatnya di daerah perbatasan Halb, Sulaiman Syah meninggal
dunia, sehingga rombongan pengembara tersebut menjadi bimbang, apakah terus
melanjutkan pengembaraanya atau pulang kembali ketempat asal mereka. Rombongan
tersebut akhirnya pecah menjadi dua kelompok, kelompok yang kembali pulang dan
kelompok yang terus melanjutkan perjalanan. Kelompok
kedua ini memilih Arthogrol, sebagai pemimpin mereka. Sesampainya di Asia
Kecil rombongan Arthogrol mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II yang mana
saat itu kebetulan sedang berperang dengan Byzantium, maka Arthogrol bersama
rombongannya segera membantu pasukan tentara Alauddin. Berkat bantuan Arthogrol
dan rombongannya,
akhirnya pihak Alauddin berhasil mengalahkan pihak tentara musuh. Atas jasa baik
Arthogrol dan rombongannya itu Sultan Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di
Asia Kecil yang berbatasan dengan Byzantium dan dibiarkan memperluas wilayahnya
merambah ke wilayah musuh. Sejak saat itu mereka terus membina wilayah dan
daerah barunya dan mereka memilih kota Syukud sebagai ibu kotanya.
Pada
tahun 1258 M, Arthogrol di karuniai seorang putra yang diberi nama Utsman. Anak tersebut mendapat didikan dan
latihan militer secara langsung dari Arthogrol, sehingga dia menjadi seorang
tulang punggung yang terpercaya dalam menghadapi berbagai peperangan dan dalam
membina administrasi pemerintahan. Ketika perang salib meletus Byzantium
ikut terlibat, dengan
begitu maka pemerintahan Utsmani mendapat kesempatan baik untuk membina
stabilitas wilayah dan pemerintahannya.[2] Dibawah pimpinan Utsman, Utsman mendirikan daulah baru pada tahun 1300M. Usman inilah pendiri daulah Usmaniyah Turki
yang didirikan diatas puing-puing kesultanan Saljuk. Dengan timbulnya daulah
Usmaniyah dapatlah islam kembali menunjukkan kegagah perkasaan yang luar biasa dan dapat
menyambung usaha dan kemegahan yang lama sampai kepermulaan abad XX ini.[3]
B.
Periode Daulah Utsmaniya
Arthogrol ayah Utsman meninggal dunia tahun
1289 M. Kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya, Utsman.Dan Utsman inilah yang
di anggap sebagai pendiri kerajaan Utsmani. Utsman memerintah antara tahun1290
M-1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia banyak
bekerja kepada Sultan Alauddin II dengan keberhasilannya menduduki
benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun
1300M, bangsa Mongol menyerang kerajaan saljuk dan Sultan Alaudin II
terbunuh.Kerajaan saljuk ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan
kecil.Utsman pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang
didudukinya. Sejak itulah, kerajaan Utsmani dinyatakan berdiri dan
memproklamirkan kemerdekaan wilayahnya dengan nama “Kesultanan Utsmani” yang
terambil dari namanya sendiri Utsman. Penguasa pertamanya adalah Utsman yang
sering disebut juga Utsman I.[4]
Pada periode ini perluasan wilayahpun terus
dilakukan, hingga akhirnya perluasan wilayah merambah ke Eropa.Pada tahun 1362
M, daulah Utsmaniyah dapat menaklukan kota Adiranopel. Kemudian sejak tahun 1366 M, kota tersebut
dijadikan ibu kota pemerintahan Utsmani samapi kota Konstantinopel dapat mereka
taklukan. Kemajuan dan perkembangan kerajaan Utsmani yang demikian luas dan
berlangsung dengan cepat itu diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan dalam
bidang-bidang kehidupan yang lain. Yang terpenting diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Bidang
Kemiliteran dan Pemerintahan.
Para pemimpin kerajaan Utsmani pada masa-masa
pertama, adalah orang-orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan
ekspansi dengan cepat dan luas.Meskipun demikian, kemajuan kerajaan Utsmani
mencapai masa keemasanya itu, bukan semata-mata karena keunggulan politik para
pemimpinya. Masih banyak factor lain yang mendukung keberhasilan ekspansi itu.
Yang terpenting diantaranya adalah keberanian, keterampilan, ketangguhan, dan
kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan dan dimana saja.[5]
2. Bidang
Ilmu pengetahuan dan Budaya.
Kebudayaan turki Utsmani merupakan perpaduan
bermacam-macam kebudayaan, diantaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium, dan
Arab. Dari kebudayaan Persia mereka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang
etika dan tata krama dalam istana raja-raja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak mereka
serap dari Bizantium. Sedangkan, ajaran-ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi,
sosial, dan kemasyarakatan, keilmuan, dan huruf mereka terima dari bangsa Arab.
Orang-orang Turki Utsmani memang dikenal sebagai bangsa yang suka dan mudah
berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan luar. Hal ini mungkin karena mereka masih miskin
dengan kebudayaan. Bagaimanapun, sebelumnya mereka adalah orang nomaden yang hidup di
dataran Asia Tengah.[6]
3. Bidang
Keagamaan.
Agama dalam tradisi masyarakat Turki
mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik.Masyarakat di
golong-golongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan
syariat sehingga, fatwa ulama menjadi hokum yang berlaku.Karena itu, ulama
mempunyai tempat tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan dan
masyarakat.Mufti, sebagai pejabat urusan agama tinggi, berwenang memberi fatwa
resmi terhadap problema keagamaan yang dihadapi masyarakt. Tanpa legitimasi
mufti, keputusan hokum kerajaan bias tidak berjalan.
Pada masa turki Utsmani tarekat juga
mengalami kemajuan. Tarekat yang paling berkembang ialah tarekat Bektasyi dan tarekat Maulawi.Kedua tarekat ini banyak dianut
oleh kalangan sipil dan militer.Tarekat bektasyi mempunyai pengaruh yang amat
dominan di kalangan tentara Jenissari, sehingga mereka sering disebut tentara
Bektasyi, sementara taerekat Maulawi
mendapat dukungan dari para pengusaha dalam mengimbangi Jenissari Bektasyi.[7]
Hingga pada akhirnya separuh wilayah daulah
Utsmaniyah adalah Eropa. Maka tidak heran kalau Utsmaniyah kemudian terpengaruh
oleh kondisi Eropa. Dan terjadi keseimbangan antara kekuatan Utsmaniyah dengan kekuatan
Barat. Kemudian pada tahun 1566-1674 M di anggap sebagai permulaan keruntuhan
Turki Utsmani dan berakhirnya zaman keemasanya. Adapun factor-faktor yang
menyebabkan kemunduran daulah Utsmaniya ialah:
1. Wilayah kekuasaan yang
sangat luas
Administrasi pemerintahan
Turki Utsmani tidak beres, padahal wilayah kekuasaan dinasti ini sangat luas.
Di pihak lain, para penguasa terus berambisi memperluas wilayah, sehingga
sering terjadi peperangan
2. Penduduk yang heterogen
Turki Utsmani menguasai
wilayah yang sangat luas dan penduduknya yang beragam, baik dari segi agama,
ras maupun adat-istiadat. Untuk mengaturnya, diperlukan satu lembaga khusus.
3.
Kelemahan para penguasa
Sepeninggal Sultan
Sulaiman Al-Qanuni, Ustmani diperintah oleh sultan-sultan yang lemah, baik dalam
kepribadian maupun kepemimpinan. Akibatnya, pemerintahan menjadi kacau.
Kekacauan tersebut tidak pernah teratasi secara sempurna, bahkan semakin lama
semakin parah.
4.
Budaya Korupsi
Korupsi merupakan
perbuatan yang sudah umum terjadi di dalam pemerintahan Utsmani. Setiap jabatan
yang hendak diraih oleh seseorang harus “dibayar” dengan sogokan kepada orang yang berhak memberikan jabatan
tersebut. Budaya korupsi ini mengakibatkan dekadensi moral semakin merajalela
yang membuat pemerintahans semakin rapuh.
5.
Pemberontakan tentara Jenisseri
Kemajuan ekspansi Turki
Utsmani dipengaruhi oleh tentara Jenisseri. Dengan demikian, dapat dibayangkan
bagaimana kalau tentara ini memberontak. Pemberontakan Jenisseri terjadi
sebanyak empat kali yaitu pada tahun
1525, 1632, 1727, dan 1826 M.
6.
Merosotnya Perekonomian
Akibat perang yang tak pernah berhenti,
perekonomian Negara merosot. Pendapatan berkurang,
sementara belanja Negara sangat besar, termasuk untuk biaya perang.
7. Terjadinya stagnasi
dalam bidang ilmu pengetahuan
Turki Utsmani kurang
berhasil dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, karena hanya mengutamakan
pengembangan militer. Perkembangan militer yang tidak diimbangi oleh kemajuan
ilmu pengetahuan, sehingga tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh yang
lebih maju.[8]
C.
Kehidupan Dakwah Utsmaniyah
Khilafah daulah Utsmaniyah tercatat memiliki
sekitar 30 orang khalifah, yang berlangsung mulai dari abad 10 Hijriyah atau
abad ke 13 Masehi. Selama masa kekhalifahan daulah Utsmaniyah dipimpin
khalifah yang silih berganti. Struktur dakwah pada masa daulah Utsmaniyah
meliputi unsur-unsur dakwah sebagai berikut.
1. Da’i
Kehidupan Utsman I, pendiri dinasti Utsmani
dari tahun 699-726 H, adalah kehidupan yang dipenuhi dengan jihad dan dakwah di
jalan Allah. Beliau bersifat al-ulama wa al-umara, karena selain sebagai ulama
beliau pun sebagai pemimpin pada daulah ini. setelah beliau wafat generasi
selanjutnya diteruskan oleh anaknya yang bernama Sultan Orkhan bin Utsman, yang
berkuasa dari tahun 726-761 H.
2. Mad’u
Kondisi mad’u pada masa daulah Utsmaniyah
umumnya bersifat al-ummah, karena pada masa daulah ini, masih banyak yang belum
menerima Islam sebagai agamanya.Akan tetapi, dari dinasti sebelumnya sudah
banyak pula yang sudah menerima Islam.Jadi, corak mad’u pada masa daulah
Utsmaniyah yaitu mad’u ijabah dan ummah.
3. Materi
Materi yang diterapkan pada masa daulah
Utsmaniyah meliputi akidah, syariah dan muamalah. Di mana pada masa Utsmaniyah
materi-materi seperti fiqih, tata cara membaca Al-Qur’an, berwudhu dan lain-lain,
lebih dipermantap lagi penerapannya. Pada masa ini ketahuidan (meng-Esa-kan)
pun di tanamkan pada umatnya.
4. Metode
Pada masa Utsmaniyah ada beberapa macam
metode yang digunakan dalam berdakwah antara lain:
a.
Ekspansi
Penyebaran agama Islam dilakukan dengan cara
ekspansi atau perluasan wilayah. Ekspansi yang dilakukan salah satunya meliputi
kawasan Eropa dan Asia Kecil. Masih banyak negara-negara lain yang menjadi kekuasaan di bawah daulah
Utsmaniyah ini.
b.
Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang dilakukan
dengan cara menyampaikan keterangan, petunjuk, pengertian dan penjelasan
tentang sesuatu kepada pendengar dengan menggunakan lisan. Para ulama melakukan
dakwahnya di masjid-masjid.
c.
Metode Kelembagaan
Pada masa daulah Utsmaniyah banyak dibangun
masjid, sekolah, rumah sakit, jembatan, dan tempat berlindung .Selain itu,
pekerjaan penting yang dilakukan adalah dibentuknya militer Islam yang kuat dan
memasukkan sistem khusus dalam kemiliteran yang berasaskan Islam.
d. Metode
Missi (Bi’tsah)
Penyebaran agama Islam ke berbagai wilayah
dilakukan dengan cara mengutus para da’i. Pada masa ini dilakukan penjagaan di
wilayah-wilayah perbatasan Romawi dan mencegah serangan yan g mungkin datang
menyerbu kekuatan Islam sejak masa pemerintahan Abbasiyah.
e.
Metode Tanya-Jawab
Metode yang dilakukan dengan menggunakan
Tanya jawab untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman materi dakwah. Metode ini biasanya bersamaan dengan metode
caramah, jadi ketika mad’u tidak memahami bisa langsung bertanya. Sehingga adanya hubungan timbale balik antara
da’I dan mad’u.
f.
Metode Bimbingan Konseling
Dari dinasti-dinasti sebelumnya telah
diajarkan tata cara shalat, cara membaca Al-Qur’an dan kajian kitab. Pada masa
Utsmaniyah ini pengajaran pun lebih di matangkan atau dipermantap bagi yang
sudah biasa dan yang belum mengetahui.
g.
Metode Keteladanan
Khalifah Ustmaniyah ini mempunyai sifat yang
pemberani, bijaksana, ikhlas, sabar, daya tarik keimanan, adil, memenuhi
janji,dermawan, ikhlas karena Allah dalam setiap penaklukan. Karena sifat kepemimpinan
ini, maka banyak orang yang terpengaruh dengan kepribadiannya, sehingga banyak
yang masuk dan memeluk agama Islam.
h.
Metode Propaganda
Metode propaganda adalah suatu upaya untuk
menyiarkan Islam dengan cara mempengaruhi dan membujuk massa. Metode ini masih
digunakan karena belum semua kaum memeluk agama Islam.
i.
Metode Diskusi
Diskusi sering dimaksudkan sebagai pertukaran
pikiran antara sejumlah orang secara lisan membahas suatu masalah tertentu dan
bertujuan untuk memperoleh hasil yang benar. Sebagai contoh,
perwakilan negeri-negeri Eropa berkumpul di Istanbul. Mereka mengajukan
usulan-usulan pada pemerintahan Utsmani. Beberapa usulan penting itu adalah
membagi negeri Bulgaria menjadi dua wilayah, namun usulan ini tidak disetujui
oleh Utsman.
j.
Metode Karya Tulis
Metode ini masuk dalam kategori dakwah bi
al-qalam. Tanpa tulisan dunia akan lenyap dan punah. Pada masa Utsmani
upaya-upaya manipulatif sejarawan musuh-musuh Islam, khususnya terhadap sejarah
khilafah Utsmaniyah dihadang sekelompok intelektual dan sejarawan umat. Dimana mereka berusaha membantah semua
tuduhan yang dilakukan oleh sejarawan musuh-musuh Islam itu dan membela
pemerintahan Utsmani. Salah satu buku yang paling menonjol dalam melakukan
bantahan ini adalah buku yang ditulis oleh Dr. Abdul Aziz Asy-Syanawi yang
ditulis dalam tiga jilid besar dengan judul Al-Daulat Al-Utsmaniyah Daulat
Muftara ‘Alaihi dan buku-buku bermutu lainnya yang ditulis oleh Dr. Muhammad
Harb seperti, Al-Utsmaniyyun fi Al-Tarikh wa Al-Hadharah dan lain-lain.
k.
Metode Silahturahmi (Home Visit)
Metode silahturahmi, yaitu dakwah yang
dilakukan dengan mengadakan kunjungan kepada suatu mad’u tertentu dalam rangka
menyampaikan isi dakwah kepada mad’u. Metode ini dapat dilakukan melalui silaturahim, menengok orang sakit,
ta’ziyah dan lain-lain. Jadi dengan dilakukannya metode inilah yang disebut
metode home visit.
l.
Metode korespondensi
Metode korespondensi adalah metode melalui
surat-surat. Jadi sebelum da’I di kirim ke daerah itu, terlebih dahulu di kirim surat sebagai pengantar.
5. Media
Media yang digunakan pada masa daulah
Utsmaniyah ini diantaranya adalah:
a.
Sekolah-sekolah
Karena pada masa ini khalifah cinta akan
ilmu,maka dibangunnya sekolah-sekolah agar orang-orang dapat berpengetahuan.
Pendidikan diberikan secara gratis, sedangkan materi yang diajarkan adalah
meliputi tafsir, hadist sastra, balaghah, ilmu-ilmu kebahasaan, arsitektur dan
lain-lain. Maka dari sinilah ilmu-ilmu semakin berkembang dan kita sebagai umat
penerusnya bisa merasakan ilmu-ilmu yang telah diajarkannya.
b.
Masjid
Masjid pada masa ini juga merupakan tempat pendidikan,
yang mana pendidikan yang diajarkan Al-Qur’an, hadist, tafsir dan lain-lain. Masjid juga tempat dilakukannya untuk berdakwah
dengan metode ceramah.
c.
Rumah Sakit
Di setiap klinik ini di tempatkan dokter
dengan tambahan dokter-dokter spesialis di bidangnya seperti ahli penyakit
dalam, ahli bedah dan ahli farmasi. Pada masa inilah semua telah di kembangkan
dengan telah banyaknya pengetahuan yang ada dan semakin berkembang.
d. Media
Cetak
Pada masa ini banyak buku-buku yang
diterjemahkan dari bahasa Yunani, Persia dan Arab ke dalam bahasa Turki. Salah satu buku yang
diterjemahkan itu adalah Masyahir Al-Rijal (Orang-orang terkenal) karya Poltark
dan masih banyak lainnya. Dengan adanya penerjemahan buku-buku ini otomatis
adanya media cetak untuk mencetak hasil terjemahan ini, dan juga adanya
percetakan uang karena uang pada masa ini juga digunakan untuk kebutuhan.[9]
IV.
KESIMPULAN
1.
Daulah Utsmaniyah merupakan daulah
yang didirikan oleh putra dari Arthogrol,
pemimpin yang dipilih oleh kelompok yang melanjutkan perjalanan ke suatu tempat
di Asia kecil, putra Arthogrol itu bernama Ustman. Karena Ustman yang terpercaya
dalam menghadapi berbagai peperangan dan dalam membina administrasi
pemerintahan. Dengan adanya daulah
Usmaniyah yang didapat Islam menunjukkan kegagah perkasaan yang luar biasa dan
dapat menyambung usaha dan kemegahan yang lama.
2.
Dalam periode daulah Ustmaniyah,
perluasan wilayah masih terus dilakukan, hingga akhirnya perluasan wilayah merambah ke Eropa. Dengan perluasan daerah
yang terus dilakukan maka diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan yang
lain. Diantaranya yaitu
kemajuan pada bidang Kemiliteran dan Pemerintahan, bidang Pengetahuan dan
Budaya, bidang Keagamaan. Setelah bertahun-tahun daulah Utsmaniyah mengalami
kemajuan, akhirnya di tahun 1566-1674 M di anggap sebagai permulaan keruntuhan
Turki Utsmani dan berakhirnya zaman keemasanya.
3.
Kehidupan dakwah yang ada pada masa
Daulah Utsmaniyah meliputi berbagai macam metode yang di lakukan untuk
melakukan kegiatan berdakwah, di antaranya metode ekspansi, ceramah,
kelembagaan, missi, tanya jawab, bimbingan konseling, keteladanan, silaturahmi
dan sebagainya.
[2]
Ahmad Syalabi. Sejarah dan
Kebudayaan Islam (Imperium Turki Usmani). Kalam
Mulia: Jakarta. Hal 02
Tidak ada komentar:
Posting Komentar