Jumat, 13 November 2015

Sejarah Dakwah : Daulah Utsmaniyah



DAKWAH PADA MASA DAULAT USMANIYAH

I.              PENDAHULUAN
Keruntuhan dahsyat yang diderita dunia Islam, baik di timur (Bagdhad) maupun di barat (Andalusia) tidaklah mengurangi semangat juang kaum Muslim untuk bangkit kembali. Semua peristiwa jatuhnya dunia Islam tersebut dikarenakan serbuan Salibiyah dari barat oleh kaum Kristen Europa dan dari timur oleh bangsa Tatar-Mongol. Dan kemudian pengusiran total kaum Muslimin dari seluruh wilayah Europa Barat ialah Spanyol (Andalus).
Pemerintah Abbasiyah yang memegang kuasa atas dunia Islam selama kurang lebih 5 abad lamanya, mengahadapi kehancurannya di bawah injakan kaki tentara Tartar yang berkuasa dengan sangat kejam. Kota bagdhad menjadi timbunan mayat kaum Muslimin, mulai dari pahlawan sampai rakyat biasa. Sedangkan masjid-masjidnya yang indah dan gedung-gedungnya yang megah hangus habis menjadi abu, karena pembakaran umum. Justru di masa-masa yang sangat menyedihkan itu, suatu kabilah Turki yang gagah berani di bawah pimpinan Sultan Sulaiman Syah telah menunjukkan kebolehannya menahan banjir besarnya tentara Tatar yang sedang menyerbu daerah-daerah Islam.
Barulah sekitar seperempat abad (25 tahun) sesudah jatuhnya kota Bagdhad, pada tahun 680 H, muncullah seorang yang gagah berani Sultan Utsman yang mampu menundukkan segala musuh dan segala rintangan yang dihadapi pengikutnya. Hingga akhirnya berdirilah suatu kerajaan baru yang kemuadian dikenal kerajaan Utsmani-Turki.Dimana berdirinya di atas kerajaan Saljuk peninggalan Sultan Alauddin.

II.           RUMUSAN MASALAH
A.       Sejarah munculnya Daulah Utsmaniyah
B.       Periode Daulah Utsmaniyah
C.       Kehidupan dakwah Daulah Utsmaniyah


III.        PEMBAHASAN
A.       Sejarah Daulah Utsmaniyah
Daulah ini berasal dari suatu kabilah yang hidup di Turkistan, di bawah pimpinan Sulaiman Syah. Kabilah Turki ini berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain menghindari bangsa Mongol, dan akhirnya mengembara di Asia Kecil.[1] Akan tetapi di tengah perjalanan, tepatnya di daerah perbatasan Halb, Sulaiman Syah meninggal dunia, sehingga rombongan pengembara tersebut menjadi bimbang, apakah terus melanjutkan pengembaraanya atau pulang kembali ketempat asal mereka. Rombongan tersebut akhirnya pecah menjadi dua kelompok, kelompok yang kembali pulang dan kelompok yang terus melanjutkan perjalanan. Kelompok kedua ini memilih Arthogrol, sebagai pemimpin mereka. Sesampainya di Asia Kecil rombongan Arthogrol mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II yang mana saat itu kebetulan sedang berperang dengan Byzantium, maka Arthogrol bersama rombongannya segera membantu pasukan tentara Alauddin. Berkat bantuan Arthogrol dan rombongannya, akhirnya pihak Alauddin berhasil mengalahkan pihak tentara musuh. Atas jasa baik Arthogrol dan rombongannya itu Sultan Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Byzantium dan dibiarkan memperluas wilayahnya merambah ke wilayah musuh. Sejak saat itu mereka terus membina wilayah dan daerah barunya dan mereka memilih kota Syukud sebagai ibu kotanya.
Pada tahun 1258 M, Arthogrol di karuniai seorang putra yang diberi nama  Utsman. Anak tersebut mendapat didikan dan latihan militer secara langsung dari Arthogrol, sehingga dia menjadi seorang tulang punggung yang terpercaya dalam menghadapi berbagai peperangan dan dalam membina administrasi pemerintahan. Ketika perang salib meletus Byzantium ikut terlibat, dengan begitu maka pemerintahan Utsmani mendapat kesempatan baik untuk membina stabilitas wilayah dan pemerintahannya.[2] Dibawah pimpinan Utsman, Utsman mendirikan daulah baru pada tahun 1300M. Usman inilah pendiri daulah Usmaniyah Turki yang didirikan diatas puing-puing kesultanan Saljuk. Dengan timbulnya daulah Usmaniyah dapatlah islam kembali menunjukkan kegagah perkasaan yang luar biasa dan dapat menyambung usaha dan kemegahan yang lama sampai kepermulaan abad XX ini.[3]
                        
B.       Periode Daulah Utsmaniya
Arthogrol ayah Utsman meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya, Utsman.Dan Utsman inilah yang di anggap sebagai pendiri kerajaan Utsmani. Utsman memerintah antara tahun1290 M-1326 M. Sebagaimana  ayahnya, ia banyak bekerja kepada Sultan Alauddin II dengan keberhasilannya menduduki benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun 1300M, bangsa Mongol menyerang kerajaan saljuk dan Sultan Alaudin II terbunuh.Kerajaan saljuk ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil.Utsman pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah, kerajaan Utsmani dinyatakan berdiri dan memproklamirkan kemerdekaan wilayahnya dengan nama “Kesultanan Utsmani” yang terambil dari namanya sendiri Utsman. Penguasa pertamanya adalah Utsman yang sering disebut juga Utsman I.[4]
Pada periode ini perluasan wilayahpun terus dilakukan, hingga akhirnya perluasan wilayah merambah ke Eropa.Pada tahun 1362 M, daulah Utsmaniyah dapat menaklukan kota Adiranopel. Kemudian sejak tahun 1366 M, kota tersebut dijadikan ibu kota pemerintahan Utsmani samapi kota Konstantinopel dapat mereka taklukan. Kemajuan dan perkembangan kerajaan Utsmani yang demikian luas dan berlangsung dengan cepat itu diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan yang lain. Yang terpenting diantaranya adalah sebagai berikut:
1.    Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan.
Para pemimpin kerajaan Utsmani pada masa-masa pertama, adalah orang-orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas.Meskipun demikian, kemajuan kerajaan Utsmani mencapai masa keemasanya itu, bukan semata-mata karena keunggulan politik para pemimpinya. Masih banyak factor lain yang mendukung keberhasilan ekspansi itu. Yang terpenting diantaranya adalah keberanian, keterampilan, ketangguhan, dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan dan dimana saja.[5]
2.    Bidang Ilmu pengetahuan dan Budaya.
Kebudayaan turki Utsmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan, diantaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab. Dari kebudayaan Persia mereka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak mereka serap dari Bizantium. Sedangkan, ajaran-ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial, dan kemasyarakatan, keilmuan, dan huruf mereka terima dari bangsa Arab. Orang-orang Turki Utsmani memang dikenal sebagai bangsa yang suka dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan luar. Hal ini mungkin karena mereka masih miskin dengan kebudayaan. Bagaimanapun, sebelumnya mereka adalah orang nomaden yang hidup di dataran Asia Tengah.[6]
3.    Bidang Keagamaan.
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik.Masyarakat di golong-golongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga, fatwa ulama menjadi hokum yang berlaku.Karena itu, ulama mempunyai tempat tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat.Mufti, sebagai pejabat urusan agama tinggi, berwenang memberi fatwa resmi terhadap problema keagamaan yang dihadapi masyarakt. Tanpa legitimasi mufti, keputusan hokum kerajaan bias tidak berjalan.
Pada masa turki Utsmani tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang paling berkembang ialah tarekat Bektasyi dan tarekat Maulawi.Kedua tarekat ini banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer.Tarekat bektasyi mempunyai pengaruh yang amat dominan di kalangan tentara Jenissari, sehingga mereka sering disebut tentara Bektasyi, sementara taerekat Maulawi mendapat dukungan dari para pengusaha dalam mengimbangi Jenissari Bektasyi.[7]
Hingga pada akhirnya separuh wilayah daulah Utsmaniyah adalah Eropa. Maka tidak heran kalau Utsmaniyah kemudian terpengaruh oleh kondisi Eropa. Dan terjadi keseimbangan antara kekuatan Utsmaniyah dengan kekuatan Barat. Kemudian pada tahun 1566-1674 M di anggap sebagai permulaan keruntuhan Turki Utsmani dan berakhirnya zaman keemasanya. Adapun factor-faktor yang menyebabkan kemunduran daulah Utsmaniya ialah:
1.    Wilayah kekuasaan yang sangat luas
Administrasi pemerintahan Turki Utsmani tidak beres, padahal wilayah kekuasaan dinasti ini sangat luas. Di pihak lain, para penguasa terus berambisi memperluas wilayah, sehingga sering terjadi peperangan
2.    Penduduk yang heterogen
Turki Utsmani menguasai wilayah yang sangat luas dan penduduknya yang beragam, baik dari segi agama, ras maupun adat-istiadat. Untuk mengaturnya, diperlukan satu lembaga khusus.
3.    Kelemahan para penguasa
Sepeninggal Sultan Sulaiman Al-Qanuni, Ustmani diperintah oleh sultan-sultan yang lemah, baik dalam kepribadian maupun kepemimpinan. Akibatnya, pemerintahan menjadi kacau. Kekacauan tersebut tidak pernah teratasi secara sempurna, bahkan semakin lama semakin parah.
4.    Budaya Korupsi
Korupsi merupakan perbuatan yang sudah umum terjadi di dalam pemerintahan Utsmani. Setiap jabatan yang hendak diraih oleh seseorang harus “dibayar” dengan sogokan  kepada orang yang berhak memberikan jabatan tersebut. Budaya korupsi ini mengakibatkan dekadensi moral semakin merajalela yang membuat pemerintahans semakin rapuh.
5.    Pemberontakan tentara Jenisseri
Kemajuan ekspansi Turki Utsmani dipengaruhi oleh tentara Jenisseri. Dengan demikian, dapat dibayangkan bagaimana kalau tentara ini memberontak. Pemberontakan Jenisseri terjadi sebanyak empat kali yaitu  pada tahun 1525, 1632, 1727, dan 1826 M.

6.    Merosotnya Perekonomian
Akibat perang yang tak pernah berhenti, perekonomian Negara merosot. Pendapatan berkurang, sementara belanja Negara sangat besar, termasuk untuk biaya perang.
7.    Terjadinya stagnasi dalam bidang ilmu pengetahuan
Turki Utsmani kurang berhasil dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, karena hanya mengutamakan pengembangan militer. Perkembangan militer yang tidak diimbangi oleh kemajuan ilmu pengetahuan, sehingga tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh yang lebih maju.[8]

C.       Kehidupan Dakwah Utsmaniyah
Khilafah daulah Utsmaniyah tercatat memiliki sekitar 30 orang khalifah, yang berlangsung mulai dari abad 10 Hijriyah atau abad ke 13 Masehi. Selama masa kekhalifahan daulah Utsmaniyah dipimpin khalifah yang silih berganti. Struktur dakwah pada masa daulah Utsmaniyah meliputi unsur-unsur dakwah sebagai berikut.
1.    Da’i
Kehidupan Utsman I, pendiri dinasti Utsmani dari tahun 699-726 H, adalah kehidupan yang dipenuhi dengan jihad dan dakwah di jalan Allah. Beliau bersifat al-ulama wa al-umara, karena selain sebagai ulama beliau pun sebagai pemimpin pada daulah ini. setelah beliau wafat generasi selanjutnya diteruskan oleh anaknya yang bernama Sultan Orkhan bin Utsman, yang berkuasa dari tahun 726-761 H.
2.     Mad’u
Kondisi mad’u pada masa daulah Utsmaniyah umumnya bersifat al-ummah, karena pada masa daulah ini, masih banyak yang belum menerima Islam sebagai agamanya.Akan tetapi, dari dinasti sebelumnya sudah banyak pula yang sudah menerima Islam.Jadi, corak mad’u pada masa daulah Utsmaniyah yaitu mad’u ijabah dan ummah.


3.    Materi
Materi yang diterapkan pada masa daulah Utsmaniyah meliputi akidah, syariah dan muamalah. Di mana pada masa Utsmaniyah materi-materi seperti fiqih, tata cara membaca Al-Qur’an, berwudhu dan lain-lain, lebih dipermantap lagi penerapannya. Pada masa ini ketahuidan (meng-Esa-kan) pun di tanamkan pada umatnya.
4.    Metode
Pada masa Utsmaniyah ada beberapa macam metode yang digunakan dalam berdakwah antara lain:
a.   Ekspansi
Penyebaran agama Islam dilakukan dengan cara ekspansi atau perluasan wilayah. Ekspansi yang dilakukan salah satunya meliputi kawasan Eropa dan Asia Kecil. Masih banyak negara-negara lain yang menjadi kekuasaan di bawah daulah Utsmaniyah ini.
b.   Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang dilakukan dengan cara menyampaikan keterangan, petunjuk, pengertian dan penjelasan tentang sesuatu kepada pendengar dengan menggunakan lisan. Para ulama melakukan dakwahnya di masjid-masjid.
c.   Metode Kelembagaan
Pada masa daulah Utsmaniyah banyak dibangun masjid, sekolah, rumah sakit, jembatan, dan tempat berlindung .Selain itu, pekerjaan penting yang dilakukan adalah dibentuknya militer Islam yang kuat dan memasukkan sistem khusus dalam kemiliteran yang berasaskan Islam.
d.  Metode Missi (Bi’tsah)
Penyebaran agama Islam ke berbagai wilayah dilakukan dengan cara mengutus para da’i. Pada masa ini dilakukan penjagaan di wilayah-wilayah perbatasan Romawi dan mencegah serangan yan g mungkin datang menyerbu kekuatan Islam sejak masa pemerintahan Abbasiyah.


e.   Metode Tanya-Jawab
Metode yang dilakukan dengan menggunakan Tanya jawab untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman materi dakwah. Metode ini biasanya bersamaan dengan metode caramah, jadi ketika mad’u tidak memahami bisa langsung bertanya. Sehingga adanya hubungan timbale balik antara da’I dan mad’u.
f.    Metode Bimbingan Konseling
Dari dinasti-dinasti sebelumnya telah diajarkan tata cara shalat, cara membaca Al-Qur’an dan kajian kitab. Pada masa Utsmaniyah ini pengajaran pun lebih di matangkan atau dipermantap bagi yang sudah biasa dan yang belum mengetahui.
g.   Metode Keteladanan
Khalifah Ustmaniyah ini mempunyai sifat yang pemberani, bijaksana, ikhlas, sabar, daya tarik keimanan, adil, memenuhi janji,dermawan, ikhlas karena Allah dalam setiap penaklukan. Karena sifat kepemimpinan ini, maka banyak orang yang terpengaruh dengan kepribadiannya, sehingga banyak yang masuk dan memeluk agama Islam.
h.   Metode Propaganda
Metode propaganda adalah suatu upaya untuk menyiarkan Islam dengan cara mempengaruhi dan membujuk massa. Metode ini masih digunakan karena belum semua kaum memeluk agama Islam.
i.     Metode Diskusi
Diskusi sering dimaksudkan sebagai pertukaran pikiran antara sejumlah orang secara lisan membahas suatu masalah tertentu dan bertujuan untuk memperoleh hasil yang benar. Sebagai contoh, perwakilan negeri-negeri Eropa berkumpul di Istanbul. Mereka mengajukan usulan-usulan pada pemerintahan Utsmani. Beberapa usulan penting itu adalah membagi negeri Bulgaria menjadi dua wilayah, namun usulan ini tidak disetujui oleh Utsman.
j.     Metode Karya Tulis
Metode ini masuk dalam kategori dakwah bi al-qalam. Tanpa tulisan dunia akan lenyap dan punah. Pada masa Utsmani upaya-upaya manipulatif sejarawan musuh-musuh Islam, khususnya terhadap sejarah khilafah Utsmaniyah dihadang sekelompok intelektual dan sejarawan umat. Dimana mereka berusaha membantah semua tuduhan yang dilakukan oleh sejarawan musuh-musuh Islam itu dan membela pemerintahan Utsmani. Salah satu buku yang paling menonjol dalam melakukan bantahan ini adalah buku yang ditulis oleh Dr. Abdul Aziz Asy-Syanawi yang ditulis dalam tiga jilid besar dengan judul Al-Daulat Al-Utsmaniyah Daulat Muftara ‘Alaihi dan buku-buku bermutu lainnya yang ditulis oleh Dr. Muhammad Harb seperti, Al-Utsmaniyyun fi Al-Tarikh wa Al-Hadharah dan lain-lain.
k.   Metode Silahturahmi (Home Visit)
Metode silahturahmi, yaitu dakwah yang dilakukan dengan mengadakan kunjungan kepada suatu mad’u tertentu dalam rangka menyampaikan isi dakwah kepada mad’u. Metode ini dapat dilakukan melalui silaturahim, menengok orang sakit, ta’ziyah dan lain-lain. Jadi dengan dilakukannya metode inilah yang disebut metode home visit.
l.     Metode korespondensi
Metode korespondensi adalah metode melalui surat-surat. Jadi sebelum da’I di kirim ke daerah itu, terlebih dahulu di kirim surat sebagai pengantar.
5.    Media
Media yang digunakan pada masa daulah Utsmaniyah ini diantaranya adalah:
a.   Sekolah-sekolah
Karena pada masa ini khalifah cinta akan ilmu,maka dibangunnya sekolah-sekolah agar orang-orang dapat berpengetahuan. Pendidikan diberikan secara gratis, sedangkan materi yang diajarkan adalah meliputi tafsir, hadist sastra, balaghah, ilmu-ilmu kebahasaan, arsitektur dan lain-lain. Maka dari sinilah ilmu-ilmu semakin berkembang dan kita sebagai umat penerusnya bisa merasakan ilmu-ilmu yang telah diajarkannya.



b.   Masjid
Masjid pada masa ini juga merupakan tempat pendidikan, yang mana pendidikan yang diajarkan Al-Qur’an, hadist, tafsir dan lain-lain. Masjid juga tempat dilakukannya untuk berdakwah dengan metode ceramah.
c.   Rumah Sakit
Di setiap klinik ini di tempatkan dokter dengan tambahan dokter-dokter spesialis di bidangnya seperti ahli penyakit dalam, ahli bedah dan ahli farmasi. Pada masa inilah semua telah di kembangkan dengan telah banyaknya pengetahuan yang ada dan semakin berkembang.
d.  Media Cetak
Pada masa ini banyak buku-buku yang diterjemahkan dari bahasa Yunani, Persia dan Arab ke dalam bahasa Turki. Salah satu buku yang diterjemahkan itu adalah Masyahir Al-Rijal (Orang-orang terkenal) karya Poltark dan masih banyak lainnya. Dengan adanya penerjemahan buku-buku ini otomatis adanya media cetak untuk mencetak hasil terjemahan ini, dan juga adanya percetakan uang karena uang pada masa ini juga digunakan untuk kebutuhan.[9]

IV.        KESIMPULAN
1.      Daulah Utsmaniyah merupakan daulah yang didirikan oleh putra dari Arthogrol, pemimpin yang dipilih oleh kelompok yang melanjutkan perjalanan ke suatu tempat di Asia kecil, putra Arthogrol itu bernama Ustman. Karena Ustman yang terpercaya dalam menghadapi berbagai peperangan dan dalam membina administrasi pemerintahan. Dengan adanya daulah Usmaniyah yang didapat Islam menunjukkan kegagah perkasaan yang luar biasa dan dapat menyambung usaha dan kemegahan yang lama.
2.      Dalam periode daulah Ustmaniyah, perluasan wilayah masih terus dilakukan, hingga akhirnya perluasan wilayah merambah ke Eropa. Dengan perluasan daerah yang terus dilakukan maka diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan yang lain. Diantaranya yaitu kemajuan pada bidang Kemiliteran dan Pemerintahan, bidang Pengetahuan dan Budaya, bidang Keagamaan. Setelah bertahun-tahun daulah Utsmaniyah mengalami kemajuan, akhirnya di tahun 1566-1674 M di anggap sebagai permulaan keruntuhan Turki Utsmani dan berakhirnya zaman keemasanya.
3.      Kehidupan dakwah yang ada pada masa Daulah Utsmaniyah meliputi berbagai macam metode yang di lakukan untuk melakukan kegiatan berdakwah, di antaranya metode ekspansi, ceramah, kelembagaan, missi, tanya jawab, bimbingan konseling, keteladanan, silaturahmi dan sebagainya.


[1]Musyarifah Sunanto. Sejarah Islam Klasik. KENCANA: Jakarta. 2007. Hal 240
[2] Ahmad Syalabi. Sejarah dan Kebudayaan Islam (Imperium Turki Usmani). Kalam Mulia: Jakarta.  Hal 02
[3]Ibid. Ahmad Syalabi. Hal 240
[4] Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. Raja Grafindo Persada: Jakarta. 2010. Hal 130
[5] Ibid. Badri Yatim. Hal 1
[6] Ibid. Badri Yatim. Hal 136
[7] Ibid. Badri Yatim. Hal 137
[8] Samsul Munir Amin. Sejarah Dakwah. Amzah: Jakarta. 2014. Hal 152

Tidak ada komentar:

Posting Komentar